Propaganda Japanese Invitation Of World War II


Jepang telah lama menjadi negara yang tertutup sebelum akhirnya menjadi 5 negara paling berpengaruh di dunia. Ini bermula saat kedatangan Amerika ke Jepang yang berhasil membuat Jepang ketakutan dengan persenjataan yang bisa dibilang canggih pada masanya. Berawal dari ketakutan berakhir dengan rombak besar-besaran. 

Rombak besar-besaran Jepang disebut juga dengan Restorasi Meiji, ini terjadi pada tahun 1866-1869. Jika ada yang bertanya “Siapa yang berhasil menyadarkan Jepang atas jauhnya ketertinggalan bangsanya terhadap bangsa lain?” maka jawabannya adalah Laksamana Perry (Matthew C. Perry) komandan pasukan laut Amerika. 

Setelah terjadinya Restorasi Meiji, Jepang tidak segan mengirim rakyatnya untuk belajar ke luar negeri bahkan pada awal abad ke 20 jepang telah terbebas dari buta huruf, sekitar 95% penduduk jepang saat itu sudah bisa baca tulis. Prestasi yang menggembirakan untuk negara kawasan Asia. Tidak hanya itu prestasi menggembirakan lainnya adalah menangnya Jepang melawan Tiongkok dan Rusia yang membuat Jepang semakin diperhitungkan dunia. 

“Kemenangan Jepang atas Rusia” adalah kutipan bersejarah yang langsung ataupun tidak meningkatkan rasa hayat “kemajuan” pada negeri kita dahulu yang disebut dengan “Hindia Belanda”. Kemenangan Jepang atas Rusia ini begitu cepat tersebar sampai akhirnya terpampang pada surat kabar lokal yang menunjukkan bahwa Bangsa Asia tidak lebih rendah dari Bangsa Eropa (Ini juga mempengaruhi titik balik Peristiwa Kebangkitan Nasional Bangsa Indonesia).

Kenapa saya panjang lebar menyinggung mulai dari datangnya Amerika sampai dengan kemenangan Jepang atas Rusia? Karena itulah peran media propaganda jepang sebelum perang dunia kedua. Terus apa peran media propaganda Jepang pada perang dunia kedua? Bisa dibilang media propaganda Jepang adalah penyulut terjadinya perang dunia kedua. Kok bisa? Hal ini tidak lepas dari Restorasi Meiji yang membawa semangat militerisme atau dikenal dengan istilah Bushido (Jalan ksatria) oleh pemuda Jepang. 

Mari kita sambungkan dengan Film Admiral Yamamoto (2012) pada menit awal telah diperlihatkan jelas peran media propaganda yakni Kepala Editor Munakata Tokyo Nippon dan Shindo (Editor bidang politik pada masa itu) mendatangi Admiral Yamamoto dengan tujuan mendesak angkatan laut untuk setuju dengan Pakta Tripatit (Perjanjian dengan Jerman) jika AL menyetujui Pakta Tripatit maka kemungkinan besar Jepang akan berperang melawan Amerika, sedang Jepang sendiri masih bergantung pada Amerika terkait suplay barang-barang peperangan (bahan bakar) dan banyak lagi. Kepala surat kabar tetap memaksa Yamamoto menyetujui Pakta Tripatit walau tahu resikonya bisa-bisa Jepang berperang dengan Amerika. Dengan dalih opini publik, Kepala Surat Kabar Munakota Tokyo Nippon memaksa Yamamoto menyalahkan api perang. Berita yang tidak seperti dugaan dan belum terbukti benar diterbitkan dengan alasan untuk menjaga semangat warga Jepang. Karena desakan masyarakat akhirnya Kekaisaran Jepang memerintahkan Admiral Yamamoto untuk mengawal angkatan laut untuk berperang melawan Amerika. Admiral Yamamoto telah memperingatkan bawahannya untuk memberikan ultimatum setidaknya 30 menit sebelum menyerang namun ternyata media mengatakan Jepang melawan Amerika tanpa sebab. Perasaan Admiral Yamamoto campur aduk antara tidak percaya dan bingung karena telah menyulut api peperangan. Sebaliknya saat para tentara AL was-was, rakyat Jepang malah menyambut gembira kabar perperangan Jepang dengan Amerika. Rakyat Jepang mendambah-dambahkan kemakmuran saat jepang memenangkan perang dengan sekutu pada perang dunia I, hal inilah yang membuat mereka menyambut gembira perperangan. Media Propaganda kembali mendatangi Admiral Yamamoto untuk menanyakan visi dan tujuan akhir dari peperangan ini, saat Yamamoto menjawab misi terkahirnya dalam berperang adalah perdamaian wajah Ketua Editor Munakuta terkejut karena bukan itu yang diinginkan rakyat Jepang, pada saat itu juga ia langsung meninggalkan Yamamoto. Perang benar-benar tidak bisa dihindarkan, kapal Jepang banyak yang tenggelam tapi lucunya dalam berita Jepang menyebutkan bahwa jepang yang berhasil menenggelamkan kapal musuh. Sebegitu besarnya peran media propaganda Jepang pada perang dunia kedua sampai harus memutarbalikkan fakta yang ada. Karena keadaan tidak memungkinkan untuk melanjutkan perang, Jepang memutuskan mundur dan kembali untuk menyelamatkan 10.000 jiwa. Media Propaganda Jepang kembali berulah karena surat dari markas kekaisaran yang menyebutkan bahwa pasukan yang bertempur di Guadalcanal telah dialihkan ke pulau. Rancau pengartian kata “dialihkan” tidak dapat dibendungkan, kepala editor bersih keras bahwa dialihkan bukan berarti jepang mundur. Media Propaganda tetap dalam visi dan misi yang bisa dibilang salah yakni mengawal keinginan rakyat jepang bahkan jika harus menutupi kebenaran yang ada. Keinginan Yamamoto untuk menyegerakan perdamaian tidak bisa terwujud sampai akhir hayatnya.

Peran media propaganda Jepang sangat berpengaruh pada perang dunia kedua karena merekalah Jepang harus menyulut api peperangan dengan Amerika. Karena merekalah juga rakyat jepang menaruh harap terhadap peperangan.

Sekian dari Amel:)
Correct me if i'm wrong.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Say Hai To Everyone