Let's Talk About Bounderies


"Everyone has boundaries. Even though with his/her parents, with his/her couple, or with his/her bestfriends"

Munafik sekali bila seseorang mengizinkan semua orang masuk kedalam hidupnya. Semua memiliki privasi bahkan untuk orang-orang terkasih.

Jika diibaratkan rumah, maka kita akan membaginya dalam beberapa sekat bukan? Siapa yang diperbolehkan masuk siapa yang dilarang masuk. Mungkin ada orang yang bahkan muncul di halaman rumah saja dilarang. Mungkin juga ada orang yang diperbolehkan masuk hanya untuk di depan rumah, atau di ruang tamu saja. Mungkin juga jika kita sudah menemukan "sosoknya" kita membolehkannya masuk ke kamar kita. 

Amel tekankan lagi "everyone has boundaries" Sebenarnya membahas tentang sebuah batasan mungkin tidak akan ada habisnya. Jika ada yang bilang "Kamu jangan keluar batas" sebenarnya ada yang perlu di tekankan lagi, "ini batasmu atau batasnya?" Dengan orang yang beda, kepribadian pun beda, bahkan pola pikir tentang batasan pun pastinya beda. Bisa jadi kita yang bilang "jangan melewati batas" adalah orang yang melewati batas. Human is too complex, right?

Sekarang mari kita sedikit berfikir tentang "why people must know about boundaries?" Jawaban singkatnya pasti di mulai dengan "because." Ini sudah sangat klise.

Seperti sebuah papan panah, semakin tepat terkena di titik tengah semakin besar poinnya. Sama halnya dengan batasan semakin tepat terkena di titik tengah (titik yang benar-benar dekat kita) maka semakin besar pula sakitnya.

Ya, itulah analogi kenapa kita harus memiliki batasan, "to protect our heart about something that happen in our life." 

Setidaknya jika kita memiliki batasan kita tidak akan merasakan sakit yang sama karena hal yang berbeda karena kita sudah menetapkan dan meletakkan batasan-batasan apa yang ada di hidup kita.

Misal saja lebih cepatnya,
Kita gagal dalam suatu pencapaian "it's okey to be sad" tapi ingat lagi pencapaian ini dalam batasan yang ke berapa? 

Sekarang beralih ke "how important to have boundaries in our life?" Maka jawabannya sangat penting. Selain untuk menjaga hati kita, boundaries juga membuat hidup kita lebih tersusun, lebih bisa fokus pada satu hal, atau beberapa hal namun dengan presentase agar tetap ada yang di prioritaskan.

Contoh kecil saja yang sering kita lakukan sehari-hari yakni menghide status WhatsApp kita pada orang-orang tertentu atau bahkan memblok akun atau nomor orang tertentu. Wajar sekali. Tidak ada salahnya. Itu salah satu bentuk boundaries.

Dalam buku, Boundaries: When to Say Yes, How to Say No to Take Control of Your Life Karangan Henry Cloud dan John Townsend mengatakan bahwa tidak ada masalah bilang tidak, tidak semua permintaan harus disetujui dengan iya. Jangan pikirkan perasaan orang lain jika menyangkut diri kita sendiri. Ya walaupun untuk urusan kemanusiaan ini agak menyimpang. Tapi jika harus memilih menyakiti orang lain atau menyakitu diri sendiri maka pilihan paling logis ya menyakiti orang lain. Tuhan menciptakan diri kita bukan untuk kita sakiti sendiri.

Tidak pa-pa berkata tidak, tidak papa menolak harap dan permintaan. It's your own bussines. Your life never be twice let's make happiness as long as we can.

Ada 5 Boundaries yang harus ada daru sekian boundaries.

1. Emotional
Jika menang tidak suka bilang tidak suka. Tidak pa-pa.

2. Material
Misal jika ada yang mau pinjam sesuatu, "pinjam hatinya boleh?" Kalau gamau ya bilang gamau.

3. Time
Contoh yang sering banget, "hang out yuk," tapi keadaan males, biasanya ini kita banyak ngasih alasan, " sorry ya udah ada janji kayaknya," "sorry ga dulu nggak punya uang," padahal terus terang aja lagi males.

4. Mental
Banyak kasusnya sih ini berkedok "nggak tega," kalau nggak sesuai sama kita nolak tuh nggak pa-pa banget. Gausah, "kasihan kalau nolak."

5. Physical
Nanti kalau ada yang ngomentarin fisik terus kalau kamu nggak suka ya nggak pa-pa bilang aja kalau kamu marah.

Sedikit cara untuk menolak yang estetik dan kalem banget:)

Sekian dari amel:) 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Say Hai To Everyone